Ibu Segalanya
“Mamaaaaaaaaa!!!!!!!!!!” Teriak Raya dengan sangat lantang dan sangat
keras.
“Yaa ada apa Ray?” Jawab mamanya.
“Kemana aja sih di panggil-panggil gak nongol-nongol??” Tanya Raya ketus
pada mamanya.
“Maafin mama Ray, mama tadi lagi nyapu di teras depan.” Jawab mamanya.
“Alesan!! Rese ah!! Raya pengen makan!! Mana makanannya? Maja di meja gak
ada apa-apa gini sih ma? Mama pengen Raya mati kelaparan hah?” Bentak Raya pada
mamanya.
Seperti
itulah keseharian Raya. Raya adalah seorang anak tunggal yang sangat
semena-mena kepada mamanya. Raya dilahirkan dari keluarga yang mungkin bisa
dibilang kurang mampu. Papahnya seorang kuli bangunan, tapi ia sudah meninggal
saat Raya masih berusia 8 tahun dikarenakan serangan jantung mendadak.
Sedangkan mamanya sekarang hanyalah seorang pembantu rumah tangga yang gaji nya
tidaklah seberapa.
Dengan
keadaan keluarga yang kekurangan, Raya bukannya membantu meringankan beban
mamanya tapi ia malah menambah beban mamanya. Raya mempunyai sifat yang sombong
dan tidak mau kalah dengan orang lain. Raya selalu bergabung dengan anak-anak
orang kaya. Bukannya anak seorang pembantu tidak boleh berteman dengan anak
orang kaya, tapi dengan berteman dengan anak orang kaya, Raya jadi selalu
menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting. Bahkan Raya sering
kali memaksa meminta uang kepada mamanya sampai-sampai marah besar kepada
mamanya jika mamanya jika memberinya uang. Barang-barang di rumahnya pun banyak
dijual oleh Raya hanya untuk kesenangan nya semata, kesenangan yang tidak
penting seperti pergi ke club malam, shopping, dll. Sedangkan mamanya tidak pernah
memarahi Raya karena ia sangat menyayangi Raya, sebenarnya apa yang di lakukan
mama Raya salah dengan membiarkan anaknya berkelakuan tidak baik seperti itu,
tapi apa mau dikata semuanya sudah terjadi.
“Mama, Raya minta uang dong!” Ujar Raya.
“Raya, kamu kan baru aja minta uang ke mama. Uang
mama udah abis semuanya kamu ambil. Mama udah gak punya uang lagi Ray.” Ucap
mamanya dengan wajah sangat sedih.
“Ah Raya bosen denger kata-kata itu ma!! Mama
kan kerja, mana hasil kerjanya? Masa gak ada uang sama sekali? Payah banget
punya ibu miskin.” Bentak Raya pada mamanya.
“Astaghfirullah hal’adzim Raya, istighfar nak,
aku ini mama kamu, mama kandung kamu, kamu gak boleh ngomong kayak gitu, dosa.”
Jawab mamanya.
“Ma, harusnya mama yang istighfar!! Mama udah
dosa tuh ngebiarin anaknya hidup sengsara kaya gini. Kalau mama kaya, Raya juga
gak akan kayak gini ke mama!! Ah Raya nyesel dilahirin sama mama!! Kalau boleh
milih, Raya gak pernah mau dilahirin jadi anak mama, jadi anak orang miskin.
Raya gak mau ma!! Mulai sekarang anggap aja Raya bukan anak mama. Kita urus
hidup kita masing-masing, jangan pernah ganggu kehidupan Raya lagi!” Bentak
Raya sembari membanting pintu dan pergi keluar rumah.
Mama Raya hanya bisa menangis dan menangis, ia
tidak menyangka anak kemata wayangnya berani berbuat seperti itu. Entah apa
dosa yang telah dilakukannya sehingga mendapat cobaan seberat ini.
Diperjalanan, Raya terus mengoceh sendiri. Tak
sadar saat akan menyebrang di sebelah kiri ada sepeda motor yang melaju sangat
kencang dan akhirnya menabrak Raya. Kejadian tabrakan itu sangat mengerikan. Si
pengendara motor mengalami cedera yang cukup fatal sedangkan orang yang di
bonceng di motor itu tewas seketika di tempat kejadian. Raya pun mengalami
cedera yang cukup serius, ia kehilangan banyak sekali darah. Orang dari pihak
rumah sakit pun mendatangi kediaman yang ada di ktp Raya yaitu rumah mamanya.
Setelah mendengar kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan, mama Raya langsung
berangkat ke rumah sakit. Saat itu keadaan Raya sangat kritis. Raya memerlukan
banyak darah sedangkan persediaan darah di rumah sakit sudah habis, jika tidak
di tranfusi darah Raya tidak akan tertolong. Tidak banyak bicara mama Raya
langsung mendonorkan darahnya untuk Raya. Darah yang di donorkan banyak sekali.
Tak lama setelah itu Raya pun sadar. Saat tersadar ia melihat sekelilingnya,
tidak ada siapa-siapa.
“Nyari siapa mba?” Tanya suster yang merawat
Raya.
(Raya tak menjawab apapun.)
“Nyari mamanya ya mba? Tadi udah pulang sehabis
mendonorkan darahnya buat mba. Mba beruntung ya masih punya mama yang baik
seperti itu, rela ngluarin banyak darah buat mba sampai-sampai tadi mamanya
pucet banget.” Ucap suster.
“Mama?” Tanya Raya dengan wajah sedih.
Keluar dari rumah sakit Raya langsung bergegas
pergi menemui mamanya. Saat mengetuk pintu dibukakanlah pintu tersebut oleh
seorang wanita paruh baya yakni mamanya. Raya langsung memeluk mamanya dan
menangis, Raya langsung meminta maaf kepada mamanya atas perbuatan yang selama
ini ia lakukan pada mamanya. Ternyata saat ia dalam kesusahan hanya mamanyalah
yang selalu ada untuknya, bukan orang-orang yang selalu bersamanya hanya saat
ia senang saja.
Mulai saat itu Raya berubah menjadi wanita yang
baik dan berbakti kepada mamanya. Raya tak pernah lagi membentak mamanya,
bahkan sekarang Raya ikut bekerja untuk membantu meringankan ekonomi
keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar